Sabtu, 22 Mei 2010

Candu

Melihat orang lain sedang kecanduan sesuatu bisa bikin bete berat. Tapi kalau kita sendiri yang mengalami kita tidak merasakan bahwa perilaku kita menyebalkan. Waktu awal-awal mengenal Facebook, saya sempat kecanduan. Pada saat itu sih saya tidak merasa sama sekali bahwa saya sudah dalam taraf kecanduan.

Belakangan ini saya sering melihat orang yang kecanduan bukan lagi Facebook tapi Blackberry.

Berdasarkan pengamatan sehari-hari begini nih ciri-cirinya :

1. Status di YM online terus.

2. Lebih sering update status dan comment di Facebook.

3. Lebih sering upload foto.

4. Diajak ngobrol, sering ga nyambung, jawabnya telat, atau supaya keliatannya tertarik sama omongan kita, mengulang omongan kita lagi. Contohnya gini nih,

A : "Eh tadi gue lihat si Oneng pake tas bagus deh."
B : ......nggg... (sambil naro Bb-nya di atas pangkuan) Oneng? (melirik ke Bb)
Ngapain si Oneng beli tas?

5. Senyum-senyum sendiri sambil sibuk mengetik.

6. Tidak memperdulikan sekeliling.

7. Jarang balas sms, soalnya nggak gratis. Kalo BBM khan gretong.

8. Jempol kanan/kiri terlihat lebih ramping karena banyak gerak (menggerakkan trackpad/trackball).

Ada beberapa orang yang saya kenal, mengeluhkan perilaku suaminya yang kecanduan Bb. Bahkan sempat jadi penyebab utama percekcokan. Saya sempat sok-sokan menasihati, "Maklum aja lah Mbak, namanya juga orang baru nemu."

Setelah beberapa lama tidak bertemu, iseng saya tanya, " Bagaimana Mbak, masih suka cekcok gara-gara Bb?"
"Ngggg, sudah nggak tuh."
"Ooo syukur deh, lama-lama juga bosen yah Mbak."
"Nggak juga..." tersenyum sumringah.
"Jadi?"
"Aku dibeliin Bb." Sambil mengeluarkan Bb bersarung silicon merah dari tas.
"Kata masku, biar gampang komunikasinya. Kalo menurut aku sih, biar aku ndak marah-marah lagi."
"O begithu."
"Pinmu berapa?"
"Aku nggak pake Bb Mbak."
"Cepat beli, enak loh BBM-an...." katanya sambil berpromosi layaknya SPG.

Tak lama kemudian saya liat si Mbak sibuk berBBM-an. Sepertinya si Mbak juga sudah kecanduan Bb.

Kita tidak dapat menghindari perkembangan teknologi. Malah menurut saya seharusnya kita mengikuti semua perkembangan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita.

Teknologi diciptakan untuk mempermudah kita dalam segala hal. Tetapi banyak yang mendapatkan kesulitan dengan adanya teknologi tersebut. Bahkan orang-orang terdekat menjadi korban.

Kemajuan teknologi harusnya mendekatkan kita kepada orang yang menyayangi dan kita sayangi, bukannya menjauhkan.





Rabu, 12 Mei 2010

Tabu

Buat sebagian orang membicarakan sex merupakan hal yang tabu. Buat saya tidak. Oleh karena itu saya menulis dengan gamblangnya tentang oral sex.

Saya mencoba mengerti bagaimana sebagian orang menganggap tabu. Mungkin cara mereka dibesarkan berbeda dengan saya.

Saya masih ingat, ketika masih kelas lima SD saya mendengar beberapa orang kakak kelas menonton film blue dan saya menceritakannya pada mama. Saya tidak ingat bagaimana tanggapan mama, mungkin kalau saya mendengar D atau C bercerita seperti itu saya akan shock. Saya akan ribut sana-sini. Komplain ke sekolah. Atau mungkin pingsan di tempat. Yang saya ingat waktu itu, mama cuma menerangkan bahwa hubungan sex adalah suatu hal yang agung. Itu bukanlah hal yang jorok atau kotor. Tapi, pesannya lagi saya belum boleh menonton film blue sampi pada saatnya.

Ketika SMP saya mengikuti seminar tentang pendidikan sex. Lumayan. Saya jadi tahu anatomi kelamin saya, cara merawat/ membersihkan, resiko hamil, resiko penyakit seksual.

Saya bicara sex dengan gamblang, tapi saya tidak pernah berbicara jorok/kotor. Maksud saya, menyebutkan alat kelamin laki atau perempuan, menyebutkan hubungan seksual dengan bahasa kasar. Kalau seperti itu, menurut saya baru tabu.

Bagaimanapun seperti kata mama saya, hubungan seksual adalah hal yang agung, dimana dua orang menyatu secara badaniah sehingga terciptalah mahluk yang paling indah.

Dan saya sudah punya dua. Jadi tabu apanya?

Senin, 10 Mei 2010

Hemat Vs Pelit



Antara hemat dan pelit itu beda tipis, itu yang saya tangkap dari pandangan beberapa orang.
Menurut saya, pelit sama hemat beda sekali.

Pelit maunya semua yang paling murah, nggak mikir kualitas terhadap barang, terus kalo bisa yah gratisan.

Hemat adalah jika kita bisa mendapatkan manfaat maksimal dengan biaya yang paling minim. (saya dapat dari tabloid Kontan)

Selama ini jika berbelanja saya berusaha seperti itu. Berarti saya hemat donk. Kan nggak semua orang punya pohon duit.

Sering saya perhatikan orang berbelanja barang tanpa melihat label harga. Wah kalau saya bisa mules dech. Saya selalu membandingkan antara brand yang satu dengan yang lain, kemasan besar dengan yang kecil. Kalau menyangkut makanan, komposisi juga saya perhatikan. Dan saya juga rajin menyimpan struk belanja, gunanya supaya saya bisa membedakan tempat yang satu dengan yang lainnya.

Saya paling sebal sama orang yang mempunyai prinsip kalo mahal pasti paling bagus. Untuk beberapa jenis barang saya akui memang sepeti itu. Tapi tidak semua barang.

Saya kenal seseorang yang selalu membeli snack untuk anaknya harus yang paling mahal dan harus buatan luar negeri tanpa membaca kandungannya. Padahal setelah saya baca, mengandung MSG. Rasanya saya pingin ketawa keras-keras.

Tapi saya juga paling sebal sama orang yang mempunyai prinsip, yang penting murah. Jangan sampai dech kejadian murah diawal jadi mahal diakhir.

Intinya segala sesuatu harus dipertimbangkan, jangan sampai menyesal nantinya.



Sabtu, 08 Mei 2010

Tips Membersihkan Wajah



Kebetulan kulit saya putih. Salah satu kelebihan saya (selain kelebihan lemak). Saya sadar sekali semua pemberian Tuhan harus dirawat dengan baik. Menurut saya, semua kunci dari perawatan wajah dan tubuh adalah kebersihan.

Hygiene. Hygiene. Hygiene.

Sayangnya banyak yang tidak tahu bagaimana cara membersihkan wajah yang benar. Untungnya saya dulu pernah kursus kecantikan. Jadi saya tahu benar bagaimana caranya.

Yang perlu kita lakukan :
1. Cari produk kecantikan yang kira-kira cocok untuk kita. Contohnya wajah kita cenderung berminyak, gunakan cleansing milk, toner, dan sabun wajah untuk wajah berminyak.

2. Sesuaikan dengan usia kita. Banyak orang sering salah kaprah, menganggap segala sesuatu untuk baby bagus dan aman. Itu untuk baby. Buat kita tidak. Kalau saya menggunakan produk Oriflame tanpa bermaksud promosi.

Cara membersihkan wajah yang baik :
1. Tuangkan cleansing milk pada telapak tangan. Oleskan pada wajah dan leher secara merata dengan menggunakan jari tengah dengan gerakan melingkar.

2. Pijat wajah dengah dengan lembut dengan kedua tangan, menggunakan jari tengah dan jari manis gerakan melingkar kearah atas.

3. Basahi kapas wajah dengan air. Bersihkan sisa cleansing milk dengan kapas basah, pelan-pelan. Tetap arah keatas.

4. Basahi kapas dengan toner. Tepuk-tepuk wajah dengan kapas tersebut.

5. Oleskan wajah dengan sabun wajah. Bilas bersih.

Lakukan secara rutin. Terutama sebelum tidur. Selamat mencoba.



Jumat, 07 Mei 2010

Ibu-ibu

Dulu sekali waktu saya masih ABG, masih sedang lucu-lucunya, sedang imut-imutnya. Kalau bertemu gerombolan ibu-ibu, saya suka terheran-heran. Apa saja sih yang mereka obrolkan? Sudah kalau tertawa tidak mengenal tempat. Berisik. Kadang tertangkap obrolan mereka yang saya tidak mengerti dan ujung-ujungnya mereka tertawa keras.

Duh, pusing deh kalau dekat-dekat mereka. Dulu. Itu dulu.

Sekarang? Sekarang saya bukan ABG lagi. Sekarang saya seorang Ibu beranak dua. Sekarang, saya bagian dari mereka.

Kalau sedang kumpul dengan sesama ibu-ibu, saya senang tertawa keras-keras. Saya tidak perduli dengan sekeliling.

Obrolan-obrolan mereka yang dulu saya tidak mengerti, sekarang menjadi saya mengerti sekali.

Sebenarnya apa sih yang membuat kami ibu-ibu tertawa seru seperti itu. Yah, nggak lain adalah urusan S E X.

Buat sebagian orang dianggap tabu, tapi buat beberapa orang merupakan topik yang menyenangkan.

Buat saya dan teman-teman saya, tentu saja topik yang sangaaaat menyenangkan.









Kamis, 06 Mei 2010

Singkong Crispy



D sangat suka makan singkong goreng. Saya pikir daripada membeli lebih baik saya coba untuk membuat. Hasil dari beberapa kali coba, jadilah singkong goreng yang renyah. Rahasianya digoreng dua kali. Kolesterol? Lupakan sejenak.

Bahan :
1 kg singkong, potong-potong sesuai selera
500 cc air untuk merebus
1 bks kaldu ayam
minyak untuk menggoreng
garam secukupnya

Bumbu halus :
5 siung bawang putih
3 siung bawang merah
1 sdm ketumbar

Cara Membuat:

1. Haluskan semua bumbu.
2. Rebus semua bahan dan bumbu sampai empuk. Atau bisa juga semua bahan di presto sampai empuk.
3. Goreng singkong setengah matang.
4. Rendam singkong yang sudah digoreng kedalam sisa air rebusan. Diamkan beberapa saat. Semakin lama, akan semakin meresap.
5. Goreng kembali sampai kuning keemasan.
6. Sajikan saat masih hangat.

Jumat, 30 April 2010

Rambut oh rambut

Katanya, rambut adalah mahkota wanita. Saya percaya. Tapi urusan rambut bener-bener bisa bikin ribet.

Kalo lihat foto saya waktu masih kecil, kurang lebih umur satu tahun. Rambut saya, kondisinya benar-benar menyedihkan. Lebih mirip tokoh Tommy di serial kartun Rugrats. Tapi di foto-foto lain, sekitar umur 3 tahun, rambut saya terlihat lebih baik. Konon katanya lagi, Oma saya rajin mengolesi kulit kepala saya dengan ramuan tradisional.

Saya juga masih ingat ketika masih SD, Mama saya masih rajin mengolesi kulit kepala saya dengan santan, lidah buaya, sesekali kemiri. Hasilnya rambut saya lebih tebal. Tidak ada yang percaya bahwa saya dulunya botak.

Beberapa kali saya pernah mengalami kerontokan rambut yang parah. Beberapa kali juga saya berganti-ganti produk kecantikan untuk rambut. Sampai akhirnya saya menemukan Kadus shampoo & hair tonic. Kerontokan berkurang. Dan yang pasti rambut tumbuh kembali. Senang deh.

Selama kehamilan, rambut saya bertambah lebat. Mungkin karena saya rajin minum suplemen. Beberapa waktu lalu setelah tiga bulan melahirkan rambut saya jadi mengembang.

Beberapa orang selalu bertanya heran, rambut saya diapakan. Saya bingung, karena memang tidak pernah saya apa-apakan. Semenjak melahirkan anak pertama saya berhenti mengecat dan meng-highlight rambut. Dulu sebelum menikah, waktu baru musim rebonding, saya pernah di rebonding. Tetapi sekarang tidak.

Ketika pergi memotong rambut dengan penata rambut langganan saya. Dia juga terheran-heran melihat rambut saya. Dia sempat berpikir, bahwa rambut saya diluruskan sebelumnya. Karena sekitar sepuluh centimeter dekat akar, bergelombang.

Seorang teman berkata, " Bonding keq rambut loe, aneh bener deh."

Saya sempat terpengaruh. Tetapi setelah dipikir-pikir. Saya tidak mau. Saya akan mempertahankan kondisi rambut mengembang saya ini. Banyak orang setengah mati berusaha membuat rambutnya terlihat lebih tebal, lebih banyak, dan sebagainya. Saya sudah terlihat tebal dan banyak. Walau kadang-kadang terlihat awut-awutan. Tapi hei siapa tahu, tahun 2 015 tren rambut awut-awutan mengembang seperti saya. Siapa yang tahu khan.

Jadi saya bangga dengan rambut saya. Kalau saya punya anak perempuan, saya akan mengajarkan supaya ia selalu bangga dengan rambutnya, bagaimanapun kondisinya.






Sabtu, 24 April 2010

Resep Nasi Hainam + Ayam Garam

Resep ini selain mudah membuatnya bahan-bahannya pun tidak sulit didapat.

Bahan Ayam Garam:

1 ekor ayam kampung
1 bungkus kaldu ayam
1 sdt garam
1 buah jeruk nipis

Cara Membuat :
Lumuri ayam dengan air perasan jeruk nipis, diamkan sebentar. Kemudian cuci dengan air bersih. Lumuri ayam dengan kaldu ayam dan garam biarkan sampai bumbu meresap paling sedikit selama 2jam (semakin lama semakin baik). Setelah meresap, rebus dengan 1 liter air sampai empuk. Tiriskan ayam. Bagi dua sisa air rebusan.

Bahan Nasi Hainam :

600gr beras, cuci bersih
6 siung bawang putih ( cincang kasar)
4 cm jahe ( geprek)
1/2 sdt garam
2 sdm minyak ayam
2 sdm minyak wijen
3 sdm minyak goreng
1/2 sdt lada
500ml air kaldu ayam sisa rebusan
100ml air

Cara membuat :
1. Siapkan rice cooker/ wajan anti lengket. Panaskan minyak goreng & minyak ayam. Tumis bawang putih & jahe sampe harum.
2. Masukkan beras, bumbu-bumbu dan air kaldu ayam & air. Aduk rata.
3. Masukkan minyak wijen. Aduk rata.
4. Tutup rice cooker atau jika menggunakan wajan tuang ke rice cooker, masak nasi seperti biasa.
5. Sajikan dengan ayam garam, acar timun dan kuah (sisa kaldu ayam).

Senin, 19 April 2010

Selingkuh

Beberapa waktu yang lalu, ketika demam facebook mulai melanda, terjadilah reuni dimana-mana. Bertemu teman lama, berbagi cerita, mengenang masa lalu menyenangkan sekali. Dari pertemuan tersebut berbuntut kejadian yang tidak menyenangkan buat sebagian orang, pasalnya tidak sedikit yang berakhir dengan CLBK(Cinta Lama Bersemi Kembali).

T teman saya mengaku bahwa ia merasa jatuh cinta lagi seperti jaman kami masih SMP. Saya hanya bisa melongo, pasalnya T sudah bersuami dan beranak pula. Perasaannya itu juga tidak bertepuk sebelah tangan, yang gawatnya lagi teman saya yang pria A juga sudah mempunyai istri.

Sebagai tempat curhat saya hanya bisa mengingatkan kedua orang yang sedang mabuk kepayang itu. T membela diri, bahwa mereka tetap hanya berteman. Mereka sesekali jalan bareng. Menurut pengakuan T, mereka hanya pergi makan atau kadang A mengantar T ke tempat kerjanya.

"Itu khan bukan selingkuh, Cil," ujar T terhadap saya.

Saya jadi berpikir sebenarnya sampai mana orang bisa dikatakan berselingkuh? Apakah sampai ada pertukaran cairan tubuh? Atau cukup hanya saling memberikan perhatian terhadap orang lain selain dengan pasangannya disebut selingkuh juga? Atau cukup jalan bareng sudah dianggap selingkuh?

Sampai suatu ketika suami T menelepon saya. Ia mencium ada yang tidak beres. Saya diinterogasi sebagai saksi. Mereka ribut besar.

T mengakui kalau ia mempunyai sedikit rasa suka terhadap A. Waduh kacau, pikir saya.Suami T hanya bisa melongo. Apa salah saya, katanya. T meminta maaf, ia berjanji akan menghapus rasa itu. T juga bilang kalo mereka hanya jalan bareng, nggak sampe bertukar cairan tubuh. Suami T memaafkan. Saya lega.

Satu tahun sudah berlalu. Rabu kemarin saya bertemu pasangan suami istri tersebut. Saya
melihat mereka menjadi pasangan yang lebih mesra. Ada binar cinta di mata masing-masing terhadap pasangannya. Saya iri.

Ketika suami T sedang menjauh, iseng saya bertanya keadaan mereka. T bercerita kalo sekarang mereka jauh lebih bahagia. Dan mereka sama-sama baru menyadari bahwa ternyata mereka sangat saling menyayangi. Pada saat mereka ribut besar, satu hal yang paling ditakuti oleh T adalah kehilangan suami dan anak-anaknya.

"Masalah gue waktu itu udah jadi masa lalu kita, Cil," T berkata. "Gue nggak pernah hubungan sama O sama sekali."
"Semua jadi pelajaran buat gue dan buat laki gue, dulu gue merasa laki gue udah nggak sayang lagi sama gue."
"Loh koq elo bisa mikir begitu?" tanya saya kaget.
"Dulu gue kadang merasa kaya' pembantunya aja, elo bayangin aja mulai dari ngurus rumah, ngurus anak, ngajarin anak belajar. Laki gue nggak mau tau. Taunya beres."
"Emang itu udah tugas kita sebagai istri dan ibu, T,"kata saya sok bijak.
"Sesekali elo bakalan mikir kayak gue juga, kalau elo mendapat perlakuan seperti itu terus menerus."
"Kalau gue mah, nggak mau dianggep pembantu T, gue maunya jadi nyonya." canda saya.
T tersenyum. Kami terdiam sejenak.

"Sekarang kalau temen gue ada yang curhat bahwa suaminya lagi punya selingkuhan, gue baru tau rasanya seperti apa kalau dikhianati, Cil."

Saya terdiam lagi. Suami T kembali. Mereka saling melempar canda. Saya terharu melihat kemesraan mereka.

Pelajaran yang saya dapat hari itu adalah sebaiknya kita selalu menghargai pasangan kita.

Kamis, 15 April 2010

Mie Kangkung Belacan



Namanya Mie Kangkung Belacan. Waktu saya ke Medan, saya diajak untuk mencicipi Mie ini. Saya langsung jatuh cinta, karena rasanya benar-benar kaya. Pedas, asem dari tomat, asin dari belacan(terasi), manis dari udang. Pokoke semua berani. Benar-benar hmmmm...

Bahan :

500 gr mie hokkien basah (mie kuning)
1 ikat kangkung (ambil daunnya saja)
1 buah tomat merah (potong-potong bagi menjadi 8)
8 buah udang ukuran besar
4 buah baso sapi (potong-potong sesuai selera)
4 buah baso ikan (potong-potong sesuai selera)
2 siung bawang putih (cincang kasar)
2 sdt cabai merah keriting (giling)
2 sdt terasi
1 sdt garam
1 sdt gula pasir
1 sdm kecap manis
1 sdm ang ciu
100ml air matang
2 btr telur (kocok lepas)
2 sdm minyak goreng

Cara Membuat:

1. Siram mie dengan air panas, tiriskan.
2. Aduk rata cabai giling dengan terasi.
3. Panaskan minyak goreng. Tumis bawang putih sampai harum. Masukkan campuran cabai dan terasi
4. Masukkan udang, baso sapi dan baso ikan.
5. Masukkan mie hokkien, kangkung, tomat. Aduk rata.
6. Masukkan garam, gula, kecap manis, angciu.
7. Tuang air matang. Aduk rata. Tunggu mendidih. Cicipi.
8. Jika rasa sudah pas, tuang telor kocok. Aduk sampai matang.
9. Siap dihidangkan.





Jumat, 09 April 2010

Belajar


Saya punya kegiatan baru. Setiap malam mulai pukul 18.30, saya duduk manis menemani D belajar. Bukan belajar yang sulit-sulit, cuma belajar menulis huruf dan angka. Tapi benar-benar menguras tenaga. Pasalnya setiap baru menulis satu huruf D minta dipuji, selesai dipuji, ia bercerita, selesai bercerita, menawar, memohon untuk bisa kembali nonton televisi.

Dalam proses belajar itu, saya membujuk, memuji, melotot, membentak, pura-pura ngambek, berbohong( demi kebaikan), berjanji, dsb. Melelahkan. Kadang saya mau menyerah, saya pikir toh D baru empat tahun, kalo belum bisa baca tulis yah wajar-wajar saja.

Tapi pelajaran di sekolah D, malah seharusnya sudah bisa berhitung dan menulis dan mengenal huruf. Bukannya D tidak bisa sama sekali, seringkali kalo ditanya, jawabnya asal-asalan.

Saya nyaris menyerah, malah saya sempat berhenti menemani belajar selama berbulan-bulan karena kemalasan saya dan kesibukan setelah melahirkan. Saya biarkan D tidak mengulang pelajarannya lagi di rumah.

Sampai suatu ketika saya membaca sebuah cerita tentang Ibu yang baik yaitu Ibu Meng, ibu dari Mencius(He was an itinerant Chinese philosopher and sage, and one of the principal interpreters of Confucianism. Supposedly, he was a pupil of Confucius' grandson, Zisi).

Mencius kehilangan ayahnya ketika ia berusia tiga tahun, ibunya bekerja sebagai penenun untuk bertahan hidup. Suatu ketika Mencius pulang dari sekolah lebih cepat dari biasanya.
"Kenapa kamu pulang lebih cepat hari ini?" tanya ibunya sambil tetap menenun.
"Saya sangat merindukanmu, Ibu."
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ibu Meng mengambil pisau dan memotong benang pada alat tenun tepat di tengahnya. Mencius sangat terkejut.
"Bagimu menunda belajarmu di sekolah adalah sama seperti saya memotong benang pada alat tenun. Kita sangat miskin. Itulah alasan kenapa saya harus bekerja keras. Kamu harus belajar dengan keras untuk membangun dirimu sendiri. Jika kamu tidak berkonsentrasi pada pelajaranmu dan berhenti di tengah jalan, kita tidak akan pernah keluar dari lingakaran kemiskinan. Kita akan terus hidup dalam ketidakpastian.

Cerita ini seperti mengingatkan saya untuk selalu membimbing anak. Walaupun kami tidak dalam kondisi miskin sekali, saya selalu berharap anak saya bisa mencapai lebih dari yang saya capai.

Saya tidak bermimpi anak saya jadi naga, seperti yang ditulis Joseph Landri dalam buku Mimpi Anak Jadi Naga. Justru karena saya sadar anak saya bukan anak jenius, saya harus bekerja ekstra membimbingnya dalam belajar.

Setiap orang tua mempunyai harapan yang tinggi pada anaknya.






Rabu, 07 April 2010

Shio


Beberapa waktu yang lalu D menginap di rumah Omanya di Jakarta. Ketika disana, ia pergi bersama kakak ipar saya dan anak-anaknya ke Central Park. Karena waktu itu dalam rangka mau Imlek ada pameran patung yang bernuansa Tionghoa. D minta untuk difoto dengan patung berbentuk Shio. Kemudian D foto sesuai dengan Shio-nya, Shio Ayam.

Ketika sampai di rumah ia bercerita dengan serunya. Tapi belakangan D ngomong," My, aku mau ganti aja ahh shio-nya."
"Mau ganti Shio?" tanya saya heran.
"Iya"
"Kenapa?"
"Shio Ayam nggak keren," kata D sok tahu.
"Memang D mau shio apa?"
"Dinosaurus...."

Selasa, 06 April 2010

Kangen


Setelah beberapa lama tidak nge-blog, tiba-tiba aja saya kangen. Seorang sahabat bertanya kenapa saya tidak menulis di blog saya lagi. Saya jawab dengan enteng, "Lagi males, bawaan orok kali." Sekarang anak saya sudah lahir dan sudah berumur tiga bulan. Untungnya sahabat saya yang satu itu sudah bosan bertanya, karena saya sudah tidak punya alasan lagi untuk menjawab.

Seperti yang ditulis Andreas Harefa bahwa menulis itu menyembuhkan. Saya harap dengan menulis di blog dapat membantu menyembuhkan luka-luka batin saya.