Rabu, 29 April 2009

Bagaimanakah anak anda?


Gambar diatas mengingatkan saya akan sebuah tulisan yang sangat menarik perhatian saya. Isi tulisan tersebut :

Dari lingkungan hidupnya anak belajar.
Jika anak terbiasa dipuji, ia akan banyak menghargai.
Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa cemas.
Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian.
Jika anak dikitari rasa iri, ia akan merasa bersalah.
Jika anak mendapat pengakuan dari kiri kanan, ia akan terbiasa menetapkan langkanya.
Jika anak terbiasa dimusuhi, ia akan banyak menantang.
Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan.
Jika anak diterima oleh lingkungan, ia akan terbiasa menyayangi.
Jika anak tidak banyak dipersalahkan, ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri.
Jika anak banyak mengenyam rasa aman, ia akan terbiasa mengandalkan diri dan mempercayai orang disekitarnya.
Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya.
Jika anak serba dimengerti, ia akan menjadi penyabar.
Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu.

Jika anak diperlakukan dengan jujur, ia akan terbiasa melihat kebenaran.
Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan.
Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan percaya diri.
Bagaimanakah anak anda?
(Dorothy Law Nolte- Children Learn What They Live With)

Apa saja yang telah saya lakukan terhadap D sebagai orang tua? Lingkungan seperti apakah yang telah saya berikan?

Apakah ia dimengerti, apakah ia dipelakukan dengan jujur, apakah ia banyak mendapatkan dorongan, apakah saya tidak mencelanya, apakah saya tidak mengolok-oloknya, apakah saya sering memujinya?

Apa yang terjadi sampai anak-anak memanggul senjata? Tidak terlihat sedikit pun wajah polos anak-anak, yang ada hanya wajah keras. Menyerang. Bertahan.

Membesarkan dan mendidik anak bukanlah perkara mudah. Semua tingkah laku dan tutur kata kita akan berefek kepadanya.

Saya hanya bisa berharap bahwa perilaku saya selama ini bisa menjadi contoh yang baik sehingga D menjadi anak yang baik.

Jumat, 24 April 2009

Did I marry the right person?



Beberapa waktu yang lalu ketika ke Mal Kelapa Gading, di jalan saya melihat baliho discount Gramedia 30% untuk semua produk kecuali elektronik. Yayy, asyik discount 30% lumayan kata saya. Tetapi pada saat itu kami sekeluarga hendak makan malam, saya tidak berharap kami akan sempat untuk mampir.

Setelah makan, D ingin main ke Timezone. Semakin pudarlah harapan saya untuk mampir ke Gramedia. Setelah puas main tak terasa sudah hampir pukul 21.00. M suami saya menanyakan, apakah saya masih tetap pingin ke gramedia. Saya mengiyakan dengan antusias.

Sesampai di Gramedia, saya melihat masih banyak orang berjubel memanfaatkan moment discount. Akhirnya saya menemukan "New Moon" lanjutan "Twilight".,saya ambil seraya bergegas ke kasir, M bertanya, kenapa beli cuma satu. Saya bingung tidak bisa menjawab, selama ini ia selalu sebal akan hobby saya membaca dan mengoleksi buku. Biasanya ia akan memasang tampang sebal walaupun tidak pernah melarang.


Kami memang mempunyai hobby yang berbeda. Ia menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan otomotif. Sedangkan saya sangat suka membeli buku dan membaca. Karena kesenangan saya membeli buku menyebabkan rumah kami yang mungil menjadi bertambah sesak sangat mengganggu buat M.

Anehnya M mendesak saya untuk membeli semua buku yang saya inginkan. Kebetulan ada tiga buah. Sejenak saya ragu karena harus menguras dompet lumayan banyak. Tapi ia terus meyakinkan saya supaya saya memanfaatkan moment discount itu. Akhirnya karena memang saya mudah goyah dalam hal buku, saya ambil tiga buah buku dengan penuh gairah.

Ketika berjalan menuju parkiran mobil, saya bertanya kepada M, kenapa tidak seperti biasanya ia bersikap seperti itu. Setelah terdiam sejenak ia menjawab ,bahwa ia cuma mencoba lebih memahami saya sebagai pasangan. Katanya lagi seperti e-mail yang saya forward padanya, di situ di tulis dalam pernikahan yang penting bukan menikahi orang yang tepat melainkan bagaimana memahami pasangan kita.

Mata saya terasa panas, saya merasa senang dan terharu sekali. Terus terang saya lupa pernah mengirim e-mail seperti itu. Dan saya juga tidak ingat sama sekali isi e-mail itu.

Yang saya rasakan adalah ketika seseorang berusaha untuk memahami diri kita, kita akan berusaha menjadi orang yang lebih baik. Tetapi ketika seseorang memberikan kritik terhadap kita, kita belum tentu berusaha menjadi lebih baik, malah mungkin dalam hati kita akan menyangkalnya.

Keesokan hari saya menyempatkan diri untuk membaca e-mail tersebut, judulnya sharing yang saya peroleh dari sebuah milis. Ternyata isi e-mail itu lebih tepatnya adalah kunci sukses sebuah pernikahan adalah bukanlah menemukan orang yang tepat, melainkan bagaimana belajar mencintai orang yang kita temukan.

Pada saat itu saya benar-benar merasa bahwa saya telah menikahi orang yang tepat.




Rabu, 22 April 2009

Buku


Karena paling rajin datang, kesenangan akan makan coklat dan mengemut permen membawa saya menjadi pasien favorit dokter gigi. Saking rajinnnya, si tante dokter gigi sampai memberikan saya sebuah buku berjudul "Tono dan Tini". Buku itu bagus, berwarna putih dengan hard cover. Dihiasi ilustrsi sederhana, seperti coretan spidol hitam.

Awalnya karena belum bisa membaca(padahal sudah kelas 1SD), saya selalu minta mama untuk membacakan buku itu. Lama kelamaan karena sering diejek kedua abang saya, saya mencoba untuk membaca sendiri. Berkat buku itulah saya lancar membaca.

Untungnya ada google, ketika saya mengetikkan kata "tono dan tini", muncul berbagai macam result, salah satunya adalah toko buku online yang menjual buku bekas "Tono dan Tini".

Sayangnya, tidak seperti Toto Chan buku favorit saya yang lain semasa kecil, buku ini tidak dicetak ulang. Dan yang lebih saya sesalkan lagi toko buku online yang memajangnya sedang tidak mempunyai stok. Yah apa boleh buat, keinginan saya untuk mengenang masa kecil dan membaginya dengan anak saya D tidak tercapai.