Jumat, 30 April 2010

Rambut oh rambut

Katanya, rambut adalah mahkota wanita. Saya percaya. Tapi urusan rambut bener-bener bisa bikin ribet.

Kalo lihat foto saya waktu masih kecil, kurang lebih umur satu tahun. Rambut saya, kondisinya benar-benar menyedihkan. Lebih mirip tokoh Tommy di serial kartun Rugrats. Tapi di foto-foto lain, sekitar umur 3 tahun, rambut saya terlihat lebih baik. Konon katanya lagi, Oma saya rajin mengolesi kulit kepala saya dengan ramuan tradisional.

Saya juga masih ingat ketika masih SD, Mama saya masih rajin mengolesi kulit kepala saya dengan santan, lidah buaya, sesekali kemiri. Hasilnya rambut saya lebih tebal. Tidak ada yang percaya bahwa saya dulunya botak.

Beberapa kali saya pernah mengalami kerontokan rambut yang parah. Beberapa kali juga saya berganti-ganti produk kecantikan untuk rambut. Sampai akhirnya saya menemukan Kadus shampoo & hair tonic. Kerontokan berkurang. Dan yang pasti rambut tumbuh kembali. Senang deh.

Selama kehamilan, rambut saya bertambah lebat. Mungkin karena saya rajin minum suplemen. Beberapa waktu lalu setelah tiga bulan melahirkan rambut saya jadi mengembang.

Beberapa orang selalu bertanya heran, rambut saya diapakan. Saya bingung, karena memang tidak pernah saya apa-apakan. Semenjak melahirkan anak pertama saya berhenti mengecat dan meng-highlight rambut. Dulu sebelum menikah, waktu baru musim rebonding, saya pernah di rebonding. Tetapi sekarang tidak.

Ketika pergi memotong rambut dengan penata rambut langganan saya. Dia juga terheran-heran melihat rambut saya. Dia sempat berpikir, bahwa rambut saya diluruskan sebelumnya. Karena sekitar sepuluh centimeter dekat akar, bergelombang.

Seorang teman berkata, " Bonding keq rambut loe, aneh bener deh."

Saya sempat terpengaruh. Tetapi setelah dipikir-pikir. Saya tidak mau. Saya akan mempertahankan kondisi rambut mengembang saya ini. Banyak orang setengah mati berusaha membuat rambutnya terlihat lebih tebal, lebih banyak, dan sebagainya. Saya sudah terlihat tebal dan banyak. Walau kadang-kadang terlihat awut-awutan. Tapi hei siapa tahu, tahun 2 015 tren rambut awut-awutan mengembang seperti saya. Siapa yang tahu khan.

Jadi saya bangga dengan rambut saya. Kalau saya punya anak perempuan, saya akan mengajarkan supaya ia selalu bangga dengan rambutnya, bagaimanapun kondisinya.






Sabtu, 24 April 2010

Resep Nasi Hainam + Ayam Garam

Resep ini selain mudah membuatnya bahan-bahannya pun tidak sulit didapat.

Bahan Ayam Garam:

1 ekor ayam kampung
1 bungkus kaldu ayam
1 sdt garam
1 buah jeruk nipis

Cara Membuat :
Lumuri ayam dengan air perasan jeruk nipis, diamkan sebentar. Kemudian cuci dengan air bersih. Lumuri ayam dengan kaldu ayam dan garam biarkan sampai bumbu meresap paling sedikit selama 2jam (semakin lama semakin baik). Setelah meresap, rebus dengan 1 liter air sampai empuk. Tiriskan ayam. Bagi dua sisa air rebusan.

Bahan Nasi Hainam :

600gr beras, cuci bersih
6 siung bawang putih ( cincang kasar)
4 cm jahe ( geprek)
1/2 sdt garam
2 sdm minyak ayam
2 sdm minyak wijen
3 sdm minyak goreng
1/2 sdt lada
500ml air kaldu ayam sisa rebusan
100ml air

Cara membuat :
1. Siapkan rice cooker/ wajan anti lengket. Panaskan minyak goreng & minyak ayam. Tumis bawang putih & jahe sampe harum.
2. Masukkan beras, bumbu-bumbu dan air kaldu ayam & air. Aduk rata.
3. Masukkan minyak wijen. Aduk rata.
4. Tutup rice cooker atau jika menggunakan wajan tuang ke rice cooker, masak nasi seperti biasa.
5. Sajikan dengan ayam garam, acar timun dan kuah (sisa kaldu ayam).

Senin, 19 April 2010

Selingkuh

Beberapa waktu yang lalu, ketika demam facebook mulai melanda, terjadilah reuni dimana-mana. Bertemu teman lama, berbagi cerita, mengenang masa lalu menyenangkan sekali. Dari pertemuan tersebut berbuntut kejadian yang tidak menyenangkan buat sebagian orang, pasalnya tidak sedikit yang berakhir dengan CLBK(Cinta Lama Bersemi Kembali).

T teman saya mengaku bahwa ia merasa jatuh cinta lagi seperti jaman kami masih SMP. Saya hanya bisa melongo, pasalnya T sudah bersuami dan beranak pula. Perasaannya itu juga tidak bertepuk sebelah tangan, yang gawatnya lagi teman saya yang pria A juga sudah mempunyai istri.

Sebagai tempat curhat saya hanya bisa mengingatkan kedua orang yang sedang mabuk kepayang itu. T membela diri, bahwa mereka tetap hanya berteman. Mereka sesekali jalan bareng. Menurut pengakuan T, mereka hanya pergi makan atau kadang A mengantar T ke tempat kerjanya.

"Itu khan bukan selingkuh, Cil," ujar T terhadap saya.

Saya jadi berpikir sebenarnya sampai mana orang bisa dikatakan berselingkuh? Apakah sampai ada pertukaran cairan tubuh? Atau cukup hanya saling memberikan perhatian terhadap orang lain selain dengan pasangannya disebut selingkuh juga? Atau cukup jalan bareng sudah dianggap selingkuh?

Sampai suatu ketika suami T menelepon saya. Ia mencium ada yang tidak beres. Saya diinterogasi sebagai saksi. Mereka ribut besar.

T mengakui kalau ia mempunyai sedikit rasa suka terhadap A. Waduh kacau, pikir saya.Suami T hanya bisa melongo. Apa salah saya, katanya. T meminta maaf, ia berjanji akan menghapus rasa itu. T juga bilang kalo mereka hanya jalan bareng, nggak sampe bertukar cairan tubuh. Suami T memaafkan. Saya lega.

Satu tahun sudah berlalu. Rabu kemarin saya bertemu pasangan suami istri tersebut. Saya
melihat mereka menjadi pasangan yang lebih mesra. Ada binar cinta di mata masing-masing terhadap pasangannya. Saya iri.

Ketika suami T sedang menjauh, iseng saya bertanya keadaan mereka. T bercerita kalo sekarang mereka jauh lebih bahagia. Dan mereka sama-sama baru menyadari bahwa ternyata mereka sangat saling menyayangi. Pada saat mereka ribut besar, satu hal yang paling ditakuti oleh T adalah kehilangan suami dan anak-anaknya.

"Masalah gue waktu itu udah jadi masa lalu kita, Cil," T berkata. "Gue nggak pernah hubungan sama O sama sekali."
"Semua jadi pelajaran buat gue dan buat laki gue, dulu gue merasa laki gue udah nggak sayang lagi sama gue."
"Loh koq elo bisa mikir begitu?" tanya saya kaget.
"Dulu gue kadang merasa kaya' pembantunya aja, elo bayangin aja mulai dari ngurus rumah, ngurus anak, ngajarin anak belajar. Laki gue nggak mau tau. Taunya beres."
"Emang itu udah tugas kita sebagai istri dan ibu, T,"kata saya sok bijak.
"Sesekali elo bakalan mikir kayak gue juga, kalau elo mendapat perlakuan seperti itu terus menerus."
"Kalau gue mah, nggak mau dianggep pembantu T, gue maunya jadi nyonya." canda saya.
T tersenyum. Kami terdiam sejenak.

"Sekarang kalau temen gue ada yang curhat bahwa suaminya lagi punya selingkuhan, gue baru tau rasanya seperti apa kalau dikhianati, Cil."

Saya terdiam lagi. Suami T kembali. Mereka saling melempar canda. Saya terharu melihat kemesraan mereka.

Pelajaran yang saya dapat hari itu adalah sebaiknya kita selalu menghargai pasangan kita.

Kamis, 15 April 2010

Mie Kangkung Belacan



Namanya Mie Kangkung Belacan. Waktu saya ke Medan, saya diajak untuk mencicipi Mie ini. Saya langsung jatuh cinta, karena rasanya benar-benar kaya. Pedas, asem dari tomat, asin dari belacan(terasi), manis dari udang. Pokoke semua berani. Benar-benar hmmmm...

Bahan :

500 gr mie hokkien basah (mie kuning)
1 ikat kangkung (ambil daunnya saja)
1 buah tomat merah (potong-potong bagi menjadi 8)
8 buah udang ukuran besar
4 buah baso sapi (potong-potong sesuai selera)
4 buah baso ikan (potong-potong sesuai selera)
2 siung bawang putih (cincang kasar)
2 sdt cabai merah keriting (giling)
2 sdt terasi
1 sdt garam
1 sdt gula pasir
1 sdm kecap manis
1 sdm ang ciu
100ml air matang
2 btr telur (kocok lepas)
2 sdm minyak goreng

Cara Membuat:

1. Siram mie dengan air panas, tiriskan.
2. Aduk rata cabai giling dengan terasi.
3. Panaskan minyak goreng. Tumis bawang putih sampai harum. Masukkan campuran cabai dan terasi
4. Masukkan udang, baso sapi dan baso ikan.
5. Masukkan mie hokkien, kangkung, tomat. Aduk rata.
6. Masukkan garam, gula, kecap manis, angciu.
7. Tuang air matang. Aduk rata. Tunggu mendidih. Cicipi.
8. Jika rasa sudah pas, tuang telor kocok. Aduk sampai matang.
9. Siap dihidangkan.





Jumat, 09 April 2010

Belajar


Saya punya kegiatan baru. Setiap malam mulai pukul 18.30, saya duduk manis menemani D belajar. Bukan belajar yang sulit-sulit, cuma belajar menulis huruf dan angka. Tapi benar-benar menguras tenaga. Pasalnya setiap baru menulis satu huruf D minta dipuji, selesai dipuji, ia bercerita, selesai bercerita, menawar, memohon untuk bisa kembali nonton televisi.

Dalam proses belajar itu, saya membujuk, memuji, melotot, membentak, pura-pura ngambek, berbohong( demi kebaikan), berjanji, dsb. Melelahkan. Kadang saya mau menyerah, saya pikir toh D baru empat tahun, kalo belum bisa baca tulis yah wajar-wajar saja.

Tapi pelajaran di sekolah D, malah seharusnya sudah bisa berhitung dan menulis dan mengenal huruf. Bukannya D tidak bisa sama sekali, seringkali kalo ditanya, jawabnya asal-asalan.

Saya nyaris menyerah, malah saya sempat berhenti menemani belajar selama berbulan-bulan karena kemalasan saya dan kesibukan setelah melahirkan. Saya biarkan D tidak mengulang pelajarannya lagi di rumah.

Sampai suatu ketika saya membaca sebuah cerita tentang Ibu yang baik yaitu Ibu Meng, ibu dari Mencius(He was an itinerant Chinese philosopher and sage, and one of the principal interpreters of Confucianism. Supposedly, he was a pupil of Confucius' grandson, Zisi).

Mencius kehilangan ayahnya ketika ia berusia tiga tahun, ibunya bekerja sebagai penenun untuk bertahan hidup. Suatu ketika Mencius pulang dari sekolah lebih cepat dari biasanya.
"Kenapa kamu pulang lebih cepat hari ini?" tanya ibunya sambil tetap menenun.
"Saya sangat merindukanmu, Ibu."
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ibu Meng mengambil pisau dan memotong benang pada alat tenun tepat di tengahnya. Mencius sangat terkejut.
"Bagimu menunda belajarmu di sekolah adalah sama seperti saya memotong benang pada alat tenun. Kita sangat miskin. Itulah alasan kenapa saya harus bekerja keras. Kamu harus belajar dengan keras untuk membangun dirimu sendiri. Jika kamu tidak berkonsentrasi pada pelajaranmu dan berhenti di tengah jalan, kita tidak akan pernah keluar dari lingakaran kemiskinan. Kita akan terus hidup dalam ketidakpastian.

Cerita ini seperti mengingatkan saya untuk selalu membimbing anak. Walaupun kami tidak dalam kondisi miskin sekali, saya selalu berharap anak saya bisa mencapai lebih dari yang saya capai.

Saya tidak bermimpi anak saya jadi naga, seperti yang ditulis Joseph Landri dalam buku Mimpi Anak Jadi Naga. Justru karena saya sadar anak saya bukan anak jenius, saya harus bekerja ekstra membimbingnya dalam belajar.

Setiap orang tua mempunyai harapan yang tinggi pada anaknya.






Rabu, 07 April 2010

Shio


Beberapa waktu yang lalu D menginap di rumah Omanya di Jakarta. Ketika disana, ia pergi bersama kakak ipar saya dan anak-anaknya ke Central Park. Karena waktu itu dalam rangka mau Imlek ada pameran patung yang bernuansa Tionghoa. D minta untuk difoto dengan patung berbentuk Shio. Kemudian D foto sesuai dengan Shio-nya, Shio Ayam.

Ketika sampai di rumah ia bercerita dengan serunya. Tapi belakangan D ngomong," My, aku mau ganti aja ahh shio-nya."
"Mau ganti Shio?" tanya saya heran.
"Iya"
"Kenapa?"
"Shio Ayam nggak keren," kata D sok tahu.
"Memang D mau shio apa?"
"Dinosaurus...."

Selasa, 06 April 2010

Kangen


Setelah beberapa lama tidak nge-blog, tiba-tiba aja saya kangen. Seorang sahabat bertanya kenapa saya tidak menulis di blog saya lagi. Saya jawab dengan enteng, "Lagi males, bawaan orok kali." Sekarang anak saya sudah lahir dan sudah berumur tiga bulan. Untungnya sahabat saya yang satu itu sudah bosan bertanya, karena saya sudah tidak punya alasan lagi untuk menjawab.

Seperti yang ditulis Andreas Harefa bahwa menulis itu menyembuhkan. Saya harap dengan menulis di blog dapat membantu menyembuhkan luka-luka batin saya.